Kamis, 28 April 2022

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Sebagai seorang guru, kita sering menemui berbagai bentuk masalah di sekolah. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk mampu menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut. Kita dihadapkan pada satu situasi dimana kita harus mengambil sebuah keputusan yang kadang tidak mudah karena hal itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat. Sebelum mempelajari modul 3.1, seringkali saya mencoba mengambil keputusan sesuai kehendak diri sendiri saja, tanpa melalui analisa mendalam terkait masalah yang terjadi.

Setelah mempelajari modul 3.1 di Program PGP ini, saya mempelajari bagaimana cara mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang sedang dihadapi secara runtut dan mendalam supaya keputusan yang diambil bisa lebih efektif. Diantaranya saya mempelajari 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Namun sebelum itu, kita juga perlu mengetahui terlebih dahulu apakah masalah yang sedang dihadapi itu sebuah dilema etika atau bujukan moral.

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penerapan Demonstrasi Kontekstual di modul 3.1.a.7, saya akan mencoba membuat satu kesimpulan agar kita bisa mempertajam lagi terkait konsep dilema etika dan bujukan moral serta bagaimana kita membuat satu pengambilan keputusan yang efektif.

Perbedaan Dilema Etika dan Bujukan Moral

Ada dua jenis yang terjadi ketika kita dihadapkan pada satu masalah dan dituntut untuk mengambil sebuah keputusan yaitu dilema etika dan bujukan moral. Apa perbedaan diantara keduanya?

Dilema etika adalah satu situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada kondisi harus mengambil sebuah keputusan dari dua pilihan yang keduanya benar namun memiliki nilai yang bertentangan. Sedangkan bujukan moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada dua kondisi benar dan salah dan harus mengambil keputusan diantara keduanya.

Empat Paradigma Pengambilan Keputusan

Ada empat paradigma yang ada pada situasi dilema etika yang bisa dikelompokkan seperti di bawah ini.
  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Tiga Prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan sebuah keputusan, ada tiga prinsip yang bisa menjadi landasan berpijak. Ketiga prinsip ini dapat membantu kita dalam menentukan pilihan yang dilematis. Ketiga prinsip tersebut yaitu sebagai berikut.
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang efektif. Oleh sebab itu, kita perlu melakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut sudah tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan. Berikut ini adalah 9 langkah yang dapat membantu atau memandu kita dalam mengambil sebuah keputusan dalam situasi dilema etika.
  1. Mengetahui bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi yang terjadi.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi yang terjadi.
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi.
  4. Melakukan beberapa pengujian. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
  5. Menganalisa 4 paradigma Pengambilan Keputusan.
  6. Menentukan 3 Prinsip Pengambilan Keputusan.
  7. Melakukan Investigasi Opsi Trilema.
  8. Membuat Keputusan.
  9. Melihat Kembali keputusan yang telah diambil dan merefleksikannya.
Setelah mempelajari materi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif tersebut, kita perlu berbagi pengetahuan dan pengalaman setidaknya kepada rekan guru di sekolah agar apa yang kita dapat bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Berikut ini pertanyaan panduan ketika kita mau menerapakan pemahaman kita terkait pengambilan keputusan:
  1. Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?
  2. Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
  3. Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
  4. Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.
Langkah-langkah yang akan saya lakukan dalam membagikan pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan dalam program PGP angkatan 4 ini adalah sebagai berikut:
  1. Melakukan sosialisasi materi program PGP yang saya dapat di komunitas praktisi SMP Negeri Satu Atap 1 Sembalun, Kabupaten Lombok Timur yang sudah dibentuk dan juga melalui rapat dewan guru.
  2. Mensosialisasikan materi program PGP melalui tulisan-tulisan di blog pribadi, media sosial (Facebook), dan juga kanal YouTube saya
  3. Membagikan pengetahuan dan pengalaman tentang materi pengambilan keputusan melalui grup Whatsapp sekolah maupun MGMP.
Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah sebagai berikut:

Setelah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, ketika nanti saya dihadapkan pada sebuah situasi yang dilematis, maka langkah-langkah yang akan saya lakukan untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Saya akan menganalisa dan menentukan apakah masalah yang sedang saya hadapi termasuk dilema etika atau bujukan moral.
  2. Saya akan menentukan paradigma apa yang terjadi dalam masalah tersebut. Ada 4 paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika, yaitu individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
  3. Saya akan menentukan prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan,. Prinsip-prinsip yang dimaksud yaitu prinsip berpikir berbasis hasil (Ends-Based Thinking), prinsip berfikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking) dan prinsip berfikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking).
  4. Saya akan mengambil keputusan melalui 9 langkah pengambilan keputusan sebagai berikut:
    • Menentukan nilai-nilai yang bertentangan pada permasalahan yang sedang terjadi
    • Menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut
    • Menentukan fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut
    • Melakukan beberapa pengujian sebagai berikut:
  1. Melakukan Uji Legal yaitu menentukan apakah ada aspek pelanggaran hukum
  2. Melakukan Uji Regulasi yaitu menentukan apakah ada pelanggaran peraturan/ kode etik profesi dalam kasus tersebut
  3. Melakukan Uji Intuisi yaitu menentukan apakah ada yang salah dalam situasi tersebut berdasarkan perasaan dan intuisi
  4. Melakukan uji publikasi yaitu menguji persaan bila keputusan yang diambil dipublikasikan di halaman depan Koran
  5. Melakukan uji panutan/ idola yaitu menentukan keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi tersebut
    • Menentukan paradigma yang terjadi pada kasus yang dihadapi
    • Menentukan prinsip yang akan digunakan
    • Menentukan penyelesaian yang kreatif untuk menyelesaikan masalah tersebut (Investigasi Opsi Trilemma)
    • Menentukan keputusan yang akan diambil.
    • Melihat kembali keputusan yang diambil dan merefleksikannya

Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Pengaplikasian pengambilan keputusan akan saya lakukan begitu saya menemukan suatu permasalahan atau kasus yang saya alami di sekolah atau rekan guru yang sedang mengalami dilema etika. Jika hari ini saya menemui sebuah kasus, maka rencana akan saya eksekusi hari ini juga. Hal ini saya lakukan sebagai langkah awal dalam melatih kemampuan mengambil keputusan yang efektif agar nantinya saya mampu mengambil keputusan yang tepat setiap dihadapkan pada situasi dilema etika di lingkungan sekolah maupun masyarakat. 

Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat dan efektif, tentu kita membutuhkan pertimbangan dari orang-orang terdekat yang mengerti permasalahan yang sedang dihadapi. Jika permasalahan terjadi di lingkungan sekolah, maka kita bisa melibatkan kepala sekolah atau rekan guru sebagai teman diskusi. Kita perlu melakukan diskusi seperti ini agar dalam proses pengambilan keputusan tersebut bisa lebih akurat dan efektif. Saran dan masukan dari teman diskusi dapat membantu kita dalam mengambil sebuah keputusan hingga melakukan refleksi. Semakin banyak saran dan masukan dari orang lain, maka keputusan yang kita ambil juga akan semakin tepat dan efektif.

Demikian pemaparan dari berkaitan dengan tugas modul 3.1.a.7 tentang Demonstrasi kontekstual modul pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Masih banyak materi dan pengetahuan yang harus saya pelajari; serta mencari sumber referensi yang relevan agar dalam pengambilan sebuah keputusan bisa benar-benar tepat dan efektif.
Read more ...

Rabu, 16 Februari 2022

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF

Salah satu modul yang dipelajari di Pendidikan Guru Penggerak adalah tentang budaya positif di sekolah. Di modul ini, ada banyak hal baru dan sungguh menarik perhatian saya sebagai guru, utamanya dalam hal bagaimana mendisiplinkan anak. Selama ini banyak guru mengira bahwa kata disiplin itu berkaitan dengan aturan, tata tertib, hukuman, dan semacamnya. Ternyata tidak begitu. Mendisiplinkan anak justru perlu meminimalisir hukuman. Bahkan kalau bisa jangan gunakan hukuman sama sekali. Ini hubungannya dengan bagaimana menanamkan motivasi intrinsik dalam diri anak. Jika anak bersalah lalu dihukum, dia akan berhenti melakukan kesalahan karena takut dihukum. Tentu tidak ada yang salah di sini. Namun, motivasi dia adalah untuk menghindari hukuman, bukan motivasi intrinsik yang diharapkan. Lalu bagaimana cara mendisiplinkan anak yang motivasinya intrinsik atau berasal dari diri dalam anak sendiri?

SMP Negeri Satu Atap 1 Sembalun


Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik anak adalah dengan membentuk sebuah keyakinan kelas. Apa itu keyakinan kelas dan apa bedanya dengan aturan atau tata tertib kelas? Keyakinan kelas bersifat positif dan menggunakan kalimat yang pendek. Misalnya, jika aturan itu berbunyi dilarang merokok, maka keyakinan kelas berbunyi menjaga kesehatan. Jika aturan itu berbunyi jangan saling mengejek antar teman, maka keyakinan kelas berbunyi saling menghormati. Keyakinan kelas akan lebih memotivasi anak dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Anak akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian aturan atau tata tertib.

Setelah mempelajari modul ini, saya berusaha untuk mengurangi marah atau memberi hukuman pada murid yang bersalah. Sebandel atau sebodoh apapun seorang murid, dia itu dilahirkan sempurna. Begitulah Tuhan menciptakan seorang anak. Itu yang coba senantiasa saya tanamkan dalam diri saya setiap kali menghadapi murid yang bermasalah. Tidak ada anak yang salah. Tidak ada anak yang nakal. Tidak ada anak yang bodoh. Semua memiliki sifat dan keunikan masing-masing yang sudah merupakan ketentuan Tuhan. Kita sebagai guru tak bisa mengubah kodrat mereka. Kita hanya ditugaskan untuk mendampingi proses belajar mereka tanpa perlu memaksakan apapun. Begitulah kira-kira yang saya petik dari pelajaran yang diberikan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.

Kini saya betul-betul melihat dan merasakan hasilnya. Saya merasa murid-murid saya lebih bisa menerima saya. Senyum bahagia mereka tak berhenti saat saya masuk ke ruang kelas. Mereka senang dan menantikan kehadiran saya. Seperti tak ada sekat di antara murid dan saya sebagai gurunya. Mereka bisa tertawa lepas. Tak ada lagi rasa takut. Entah itu yang dulunya takut pada gurunya atau takut pada mata pelajarannya. Dengan begitu, saya pikir apapun yang saya ajarkan pada mereka akan lebih bisa mereka terima. Bukan sekedar masuk telinga kiri keluar telinga kanan, tapi mereka akan mengenang apapun yang mereka alami dengan gurunya. Saya percaya bahwa apa yang dikatakan atau dicontohkan oleh guru yang dipercaya dan diidolakan, akan bisa tertanam dengan baik dalam diri murid.

Lombok Timur, 10 Februari 2022

CGP Angkatan 4, FIRDAUS LAILI, S.Pd.

Read more ...

Kamis, 27 September 2018

Gempa Lombok (Eps 1)

Malam itu tanggal 5 Agustus 2018 sekitar waktu masuk Isya, kira-kira jam 7.30 WITA, saya sedang ada di kamar sama anak istri. Saat itu anak sedang mulai terlelap tidur. Saya ngobrol sama istri. Teman saya satu rumah kontrakan juga sedang sama anak istrinya di kamarnya. Tiba-tiba gempa berkekuatan 7,0 SR itu datang. Suara gemuruh dari bawah tanah terdengar sangat jelas dan mengerikan. Listrik tiba-tiba mati. Semua yang ada di sekitar kami berguncang keras. Sontak saya langsung mengambil bantal dan menutup kepala anak dan istri saya. Mengantisipasi jika ada tembok roboh atau atap yang jatuh.

Dalam keadaan semua berguncang, kami pun segera keluar rumah. Kepala anak istri terus saya tutupi pakai bantal. Suara takbir dari para tetangga terdengar bersahut-sahutan. Di luar cuaca mulai dingin dan masih agak gerimis. Pinggir jalan raya mendadak ramai dengan suara-suara klakson mobil dan motor saling bersahutan. Tak ada satu pun warga yang bertahan di dalam rumah saat itu. Semua berkerumun di luar.

Gempa Lombok 7 SR 5 Agustus 2018
Dalam situasi yang sedang kacau, datang isu akan datang tsunami. Warga sekitar pun semakin panik. Mereka berbondong-bondong mencari tempat yang lebih tinggi. Daerah kami adalah dataran rendah yang dekat sekali dengan pantai. Gempa susulan masih terus terjadi dan membuat kepanikan warga tak berhenti. Saya pun segera mengambil motor dan beberapa perlengkapan seperti baju hangat dan selimut. Saat itu saya tak tahu harus kemana dan malam itu akan bermalam di mana. HP saya terus berbunyi. Rupanya kabar terjadinya gempa besar di Pulau Lombok langsung terdengar hingga pulau Jawa. Keluarga saya di Jawa terus menghubungi menanyakan keadaan saya dan anak istri.
Read more ...

Selasa, 02 Januari 2018

Desa Sade, Wisata Adat Pulau Lombok

Liburan kali ini, kami berkunjung ke satu desa wisata di Kabupaten Lombok Tengah. Namanya Desa Sade. Terletak di Kecamatan Pujut. Yang unik dari desa ini, warganya menghuni rumah adat tradisional Lombok yang masih orisinil. Terlihat belum tersentuh oleh kehidupan modern. Atap rumahnya pake alang2. Dindingnya pake anyaman bambu. Lantainya dari tanah liat. Mereka membersihkan lantai rumah pake kotoran sapi. Katanya biar lantainya awet, mengendapkan debu, dan mengusir nyamuk.

Di Depan Desa Sade
Begitu masuk desa ini, kami langsung disambut oleh seorang guide, warga asli desa Sade. Yang unik lagi dari adat di desa ini adalah saat proses lamaran sebelum pernikahan. Ada istilah namanya kawin culik. Jadi si perempuan diculik pihak laki2 selama 3 hari sebelum dinikahi. Yang boleh diculik/dinikahi patokannya adalah gadis yang sudah bisa menenun. Kebanyakan perempuan di desa ini pekerjaannya adalah menenun. Pengunjung bisa melihat2 atau membeli hasil tenunan mereka. Ada juga pernak-pernik yang dijual seperti kalung, gelang, dan gantungan kunci.
Read more ...

Jumat, 01 Desember 2017

Profesi Guru: Terjepit Antara Pengabdian dan Kebijakan

Dari sebuah obrolan dengan beberapa orang guru sewaktu menunggui masa orientasi siswa baru di sekolah, saya menangkap kegundahan dari salah seorang kawan guru yang kebetulan memerlukan tambahan jam mengajar di sekolah kami karena jumlah jam mengajarnya di sekolah induk tidak mencukupi kewajiban 24 jam mengajar per minggu.

Kegundahan beliau semakin terasakan dengan diterapkannya kebijakan rasio minimum 20 : 1, dalam pengertian bahwa dalam satu kelas harus ada sekurang-kurangnya 20 siswa. Jika banyaknya siswa dalam satu kelas (rombongan belajar) kurang dari 20 siswa maka jam mengajar guru yang bersangkutan tidak akan diperhitungkan dalam kaitannya dengan pemenuhan kewajiban mengajar minimum 24 jam per minggu, sehingga tunjangan profesi mereka yang sudah bersertifikat profesi tidak akan dapat dicairkan.

Guru di Salah Satu Sekolah Satu Atap di Kabupaten Lombok Timur
Untuk sekolah-sekolah di kota, apalagi sekolah favorit, ketentuan ini jelas sama sekali bukan masalah. Bagi mereka tidak akan mengalami kesulitan untuk memenuhi rasio 20 : 1 di setiap rombongan belajarnya. Namun bagi beberapa sekolah di pelosok pedesaan yang terpencil, apalagi bagi sekolah kecil yang didirikan pemerintah untuk memenuhi hak warga negaranya di bidang pendidikan (sering dikatakan sebagai sekolah satu atap, SMP dan SD di satu lokasi), maka ketentuan ini terasa sangat menyulitkan.
Read more ...

Rabu, 29 November 2017

Tentang Tak Memakai Jilbab

Banyak yang bertanya-tanya, seorang Najwa Shihab yang notabene adalah putri dari seorang ulama besar dan salah satu ahli tafsir terbaik tanah air, Prof. Dr. Quraish Shihab, tak memakai jilbab hingga sekarang. Padahal kita sama-sama yakin bahwa mbak Najwa bukanlah perempuan yang tak berilmu. Lalu ada lagi Yenni Wahid atau Alissa Wahid yang juga tak mengenakan jilbab secara sempurna. Padahal mereka adalah putri dari Almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga merupakan seorang ulama besar tanah air. Kenapa?

Najwa Shihab dan Sang Ayahanda, Prof. Quraish Shihab
Berbagai pandangan muncul atas fenomena ini. Tak sedikit yang menilai mereka yang tak memakai jilbab dengan ini lah itu lah. Bahkan ada juga yang sampai berani menilai orang tuanya. Di sini kita akan mencoba membahas bagaimana menyikapi fenomena ini, setidaknya dari sudut pandang saya sebagai penulis. Tentang aturan mengenakan jilbab atau menutup aurat perempuan, saya kira sudah jelas, ada di dalam Al Qur'an meski ada sedikit perbedaan pendapat di antara para ulama. Namun semua sepakat bahwa setidaknya selain wajah dan telapak tangan harus tertutup.
Read more ...

Sabtu, 25 November 2017

Selamat Datang ke Dunia

Waktu itu Rabu pagi, 19 April 2017. Istri sedang hamil tua. Saya sudah siap berangkat ke sekolah. Istri sedang mandi. Mau ke sekolah juga. Selesai mandi, istri bilang katanya keluar cairan. Kami pun cukup panik dan langsung ngasih kabar semua keluarga. Tanpa banyak berpikir, saya nggak jadi ke sekolah dan langsung bawa istri ke bidan biasa periksa kehamilan di Kalierang, Wonosobo.

Kata bidan masih bukaan 1 dan boleh dibawa ke Cilacap, rumah istri saya. Kami memang sudah merencanakan proses persalinannya di Cilacap. Kami pun pagi itu langsung menuju ke Cilacap pake mobil kakak saya. Sesampai di Cilacap, saya langsung ke bidan di Maos, nggak jauh dari rumah istri. Di sana, Ibu sudah menunggu. Tak berlama-lama, istri langsung masuk ruang periksa. Katanya masih bukaan 1.

Dzakiandra Hafidz Abbasy
Ditunggu hingga malam, meningkat jadi bukaan 3. Tapi istri masih biasa-biasa saja, nggak merasakan kontraksi apa-apa. Kamis paginya pun masih sama meski katanya sudah naik lagi jadi bukaan 4. Merasa bosan, istri ngajakin pulang. Akhirnya siangnya kami pulang. Di rumah pun masih belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Bahkan Kamis sore istri masih bisa ikut Ibu silaturahmi ke tetangga. Biar cepat kontraksi, di rumah istri juga banyak nyapu dan ngepel lantai.

Read more ...

Rabu, 22 November 2017

Beban Guru di Sekolah Satu Atap

Menjadi guru di sekolah satu atap itu tak mudah. Kadang merasa diperlakukan tidak adil. Berdasarkan pedoman pengelolaan SD-SMP satu atap Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Tahun 2005, sekolah satu atap adalah sekolah yang didirikan di daerah khusus, terpencil, terisolir dan relatif sulit di jangkau. Dengan fakta seperti ini, semestinya guru yang bertugas di sekolah satap juga diberi perlakuan khusus, bukan disamaratakan dengan guru di sekolah reguler.

Sekolah Satu Atap
Ada beberapa hal yang menjadi beban guru di sekolah satu atap. Salah satunya adalah terkait beban mengajar yang diharuskan minimal 24 jam. Jumlah rombel sekolah satap kebanyakan hanya 3. Ini menutup kemungkinan guru satap untuk bisa memenuhi jam mengajar minimal 24 jam per minggu. Bagi guru sekolah satap yang mengajar 4 jam per kelas, mereka hanya mampu memenuhi kewajiban mengajar tatap muka sebanyak 12 jam per minggu. Apalagi guru yang mengajar 2 jam per kelas, maka dalam seminggu hanya mampu memenuhi tuntutan mengajar tatap muka 6 jam per minggu.

Read more ...

Senin, 20 November 2017

Kenangan di MAN Kalibeber

Baiklah langsung saja. Kali ini saya ingin menulis tentang satu kenangan berharga yang belum sempat saya tulis. Takut keburu ditelan waktu belum sempat diabadikan. Sayang kalo hilang begitu saja. Mumpung masih lumayan hangat di ingatan. Kenangan itu adalah tentang satu tahun saya menjadi warga MAN Kalibeber yang baru-baru ini berubah nama menjadi MAN 2 Wonosobo.

Saya dan Guru-guru MAN Kalibeber Bersama Tim Penilai saat Akreditasi
Cuma satu tahun sih saya menjadi guru honorer di sana, namun apa yang saya dapat di sana begitu berkesan. Pengalaman, pelajaran hidup, cerita lucu, dan masih banyak lagi. Kebetulan saya diamanahi mengajar 40 jam pelajaran dalam satu minggu. Yang paling banyak diantara guru-guru yang lain. Jumlah siswa MAN Kalibeber membludak saat saya masuk. Bahkan satu rombel ada yang sampai 42 anak. Banyak sekali. Makanya setiap guru rata-rata mengajar banyak jam pelajaran dalam seminggu.
Read more ...

Sabtu, 18 November 2017

Untuk Ayah Bunda Aba

Aba sekarang usianya sudah setengah tahun. Tepatnya 6 bulan 27 hari. Hampir satu bulan ini Aba mulai latihan makan. Seringnya sama bunda. Kadang sama ayah. Kadang sama mbah juga, pengasuhnya Aba orang asli Lombok.

Sebelumnya Aba hanya minum ASI. Alhamdulillah. Aba lulus sebagai bayi ASI. Sama ayah dan bunda, Aba dibikinin sertifikat bayi ASI eksklusif 6 bulan hehe. Terakhir posyandu bobot Aba 8 kg. Padahal sebelumnya 8,1 kg. Nggak papa turun 1 ons, yang penting Aba sehat. Kata orang-orang, Aba besar. Sering ada orang yang ketemu Aba bilang kalo Aba besar. Kata bunda, Aba memang besar tapi masih dalam batas normal. Alhamdulillah.

Dzakiandra Hafidz Abbasy
Aba sayang sama bunda. Tiap sebelum subuh, bunda selalu bangun nyiapin makanan buat Aba. Kadang Aba ikut bangun juga. Sebelum berangkat ngajar, bunda selalu nyempetin nyuapin Aba meski kadang Aba belum mau makan. Beberapa jenis makanan saja yang sudah bisa Aba makan seperti buah-buahan. Beberapa yang lain masih asing buat Aba. Sabar ya bunda. Aba penyesuaian dulu sama makanan-makanan Aba.

Read more ...

Kamis, 16 November 2017

Kembali ke Titik Nol

Penantian panjang hampir satu tahun dari saat tes CASD GGD tahun lalu akhirnya berlabuh. Kabupaten Lombok Timur adalah tujuan kami. Sejak awal kami berdua memang memilih Kabupaten ini. Atas ijin Allah, kami pun masuk menjadi salah satu GGD di sini.

Jumlah kami di sini ada 49 orang. Berasal dari berbagai daerah. Paling banyak dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Kami disebar ke 5 kecamatan. Jerowaru, Keruak, Suela, Sambelia, dan Sembalun. 5 kecamatan ini memang masuk kategori daerah 3T. Penempatanku adalah di kecamatan Sembalun. Tepatnya di desa Bilok Petung. Berjarak kurang lebih 20 menit dari desa Sembalun dan 2 jam dari pusat kabupaten.

Sedangkan istri saya dapat di kecamatan Suela. Tepatnya di desa Puncak Jeringo. Dekat dengan pelabuhan Kayangan. Kami pun tinggalnya di sekitar pelabuhan. Kalau di Puncak Jeringonya terkategorikan 3T meski hanya berjarak sekitar 3 km dari area pelabuhan. Jalannya terjal dan berbatu. Aspalnya sudah rusak parah. Pokoknya harus extra hati-hati untuk naik ke desa Puncak Jeringo pakai motor. Malah katanya kalau mobil tak bisa menjangkau desa ini.

Kalau di pelabuhan Kayangan tak terlihat daerah 3T. Area ini sudah bukan kecamatan Suela tapi masuk kecamatan Pringgabaya. Selain pelabuhan itu sendiri, apa-apa ada di sini. Pasar, bank, minimarket, kantor pos, puskesmas, masjid, dsb. Kata istri saya hampir mirip Adipala, kampung halamannya di Cilacap.

Jarak dari pelabuhan Kayangan ke desa Bilok Petung cukup jauh. Kurang lebih 55 km. Ditempuh sekitar 1 jam 15 menit dengan sepeda motor. Alhamdulillah aspalnya sudah mulus semua. Malahan di Bilok Petungnya hampir mirip highway. Lebar dan beraspal hotmix. Maklum karena Bilok Petung adalah salah satu akses dari Mataram menuju daerah wisata Sembalun. Bahkan katanya tahun depan akan dibuat makin bagus lagi jalannya.

Kami bersyukur ditempatkan di sini. Jika dibanding yang lain, banyak yang daerah penempatannya lebih tak nyaman. Meski kenyamanan itu sendiri relatif. Kini kami kembali ke titik nol. Memulai kehidupan baru di tempat baru. Dengan kerabat baru, budaya baru, dan pemikiran baru.

Bersama Istri di Depan Kantor BKPSDM Kab Lombok Timur
Read more ...

Rabu, 15 November 2017

Make Your Day Meaningful

Sudah lama nggak ngeblog. Mumpung belum jadi sarang laba2, saya posting lagi deh. Mudah2an nggak kena sindrom malas ngeblog lagi hehe. Maklum saya tahun ini lumayan sibuk bin padat agendanya wkwkwk. Mulai dari agenda super sibuk saat di MAN Kalibeber sampai jadwal keberangkatan ke Pulau Lombok dan memulai perjalanan panjang mengabdi menjadi seorang guru garis depan.

Oke deh. Langsung saja. Tempo hari ada seorang pengawas di sekolah tempat saya bertugas. Namanya Pak Sinarman. Orang Sembalun. Background nya mapel Bahasa Inggris. Sama kayak saya. Akhirnya saya lah yang dicek perangkatnya. Rupanya masih banyak yang perlu saya perbaiki dan saya tambahi. Banyak PR nih. Belajar lagi dan lebih semangat lagi.

Di sela2 pengawasannya, beliau ngasih sedikit "perkuliahan" ke saya dan guru2 yang hadir hari itu. Inti dari yang beliau sampaikan adalah bahwa kita sebagai guru harus datang ke tempat kerja dan pastikan bahwa kedatangan kita bermakna. Kayak judul postingan ini. MAKE YOUR DAY MEANINGFUL. Jangan pernah hanya datang saja tanpa berbuat sesuatu. Meskipun kecil dan sedikit, tinggalkanlah sesuatu yang bermanfaat.

Apa yang kita tanam hari ini, itulah yang akan kita tanam di hari kemudian. What we plant today is what we harvest in the future.

Make Your Day Meaningful
Lokasi: Labuhan Lombok, Pringgabaya, Lombok Timur
Gear: Nikon D3200
Read more ...