Selamat Datang ke Dunia

Waktu itu Rabu pagi, 19 April 2017. Istri sedang hamil tua. Saya sudah siap berangkat ke sekolah. Istri sedang mandi. Mau ke sekolah juga. Selesai mandi, istri bilang katanya keluar cairan. Kami pun cukup panik dan langsung ngasih kabar semua keluarga. Tanpa banyak berpikir, saya nggak jadi ke sekolah dan langsung bawa istri ke bidan biasa periksa kehamilan di Kalierang, Wonosobo.

Kata bidan masih bukaan 1 dan boleh dibawa ke Cilacap, rumah istri saya. Kami memang sudah merencanakan proses persalinannya di Cilacap. Kami pun pagi itu langsung menuju ke Cilacap pake mobil kakak saya. Sesampai di Cilacap, saya langsung ke bidan di Maos, nggak jauh dari rumah istri. Di sana, Ibu sudah menunggu. Tak berlama-lama, istri langsung masuk ruang periksa. Katanya masih bukaan 1.

Dzakiandra Hafidz Abbasy

Ditunggu hingga malam, meningkat jadi bukaan 3. Tapi istri masih biasa-biasa saja, nggak merasakan kontraksi apa-apa. Kamis paginya pun masih sama meski katanya sudah naik lagi jadi bukaan 4. Merasa bosan, istri ngajakin pulang. Akhirnya siangnya kami pulang. Di rumah pun masih belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Bahkan Kamis sore istri masih bisa ikut Ibu silaturahmi ke tetangga. Biar cepat kontraksi, di rumah istri juga banyak nyapu dan ngepel lantai.

Jumat sore, saya dan istri ngobrol santai di teras rumah. Istri mulai cemas karena sudah sejak Rabu pagi yang katanya sudah bukaan 1 tapi sejauh ini belum juga ada peningkatan. Rasanya masih biasa-biasa saja. Tapi istri sempet bilang ke saya kalo ada firasat besok sudah melahirkan. Saya pun mengaminkan.

Malamnya, kami mapan tidur sekitar jam 9. Tak lupa kami terus memanjatkan doa agar proses persalinan segera diberi kemudahan. Dini harinya, istri membangunkan saya. Dia bilang keluar cairan lagi, namun kali ini cairannya lebih banyak dari sebelumnya. Saya pun langsung membangunkan Ibu. Ibu bilang sudah mau melahirkan. Tanpa berpikir panjang, saat itu juga saya bawa istri ke bidan Maos lagi.

Sesampai di tempat bidan, istri langsung dibawa ke ruang periksa, katanya masih bukaan 4 namun air ketuban sudah pecah. Artinya harus segera melahirkan sebelum air ketuban habis. Kali ini, istri sudah mulai merasakan sakit. Sudah tak bisa jalan lagi. Hanya berbaring sambil menunggu kontraksi makin kerasa. Malam itu saya berjaga sampai pagi.

Paginya istri makin kesakitan. Katanya bidan masih nunggu jam 8 pagi untuk diperiksa lagi. Namun sekitar jam 7, rasa sakitnya makin tak tertahankan. Saya pun lapor lagi, minta dicek lagi. Dan ternyata benar, saat-saat melahirkan mulai tiba. Istri langsung dibawa ke ruang persalinan. Ada dua orang bidan, ditemani saya dan Ibu. Saya ada di sebelah kiri istri. Sambil menggenggam tangannya. Ibu di sebelah kanan. Bidan pun bersiap. Perasaan saya bercampur aduk.

Proses melahirkan tak lama. Sungguh ini adalah pertolongan Allah. Seorang bayi laki-laki keluar dari rahim istri dengan langsung mengeluarkan suara tangisan. Saya pun seketika memeluk erat istri. Genangan air mata keluar dari mata saya. Saya menangis. Sebuah emosi yang begitu luar biasa saya rasakan saat itu. Tak pernah saya merasakan yang seperti itu sebelumnya.

Saya pun langsung mengabari seluruh anggota keluarga. Istri telah melahirkan dengan normal dan lancar. Tak lupa pagi itu saya ucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Yang Maha Kuasa. Selamat datang ke dunia anak kami, Dzakiandra Hafidz Abbasy. Jika kelak kau baca tulisan ini, semoga rasa baktimu pada Ibumu makin besar nak.