Beban Guru di Sekolah Satu Atap

Menjadi guru di sekolah satu atap itu tak mudah. Kadang merasa diperlakukan tidak adil. Berdasarkan pedoman pengelolaan SD-SMP satu atap Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Tahun 2005, sekolah satu atap adalah sekolah yang didirikan di daerah khusus, terpencil, terisolir dan relatif sulit di jangkau. Dengan fakta seperti ini, semestinya guru yang bertugas di sekolah satap juga diberi perlakuan khusus, bukan disamaratakan dengan guru di sekolah reguler.

Sekolah Satu Atap

Ada beberapa hal yang menjadi beban guru di sekolah satu atap. Salah satunya adalah terkait beban mengajar yang diharuskan minimal 24 jam. Jumlah rombel sekolah satap kebanyakan hanya 3. Ini menutup kemungkinan guru satap untuk bisa memenuhi jam mengajar minimal 24 jam per minggu. Bagi guru sekolah satap yang mengajar 4 jam per kelas, mereka hanya mampu memenuhi kewajiban mengajar tatap muka sebanyak 12 jam per minggu. Apalagi guru yang mengajar 2 jam per kelas, maka dalam seminggu hanya mampu memenuhi tuntutan mengajar tatap muka 6 jam per minggu.

Banyak kasus dimana jumlah guru di sebuah sekolah satap lebih sedikit daripada jumlah mata pelajarannya.  Salah satu contoh adalah yang terjadi di SD-SMP Satap 3 Suela, Kabupaten Lombok Timur. Jumlah guru saat ini hanya 4 orang. Padahal jumlah mapel untuk SMP setidaknya ada 8. Biasanya lebih. Artinya satu guru harus mengampu lebih dari satu mapel. Dengan jumlah rombel hanya 3 dan jumlah guru hanya 4 orang, akhirnya setiap guru sudah seperti guru kelas di SD; hampir selalu masuk kelas meski tidak mengajar sesuai jurusannya. Dalam kasus seperti ini, jika untuk memenuhi jumlah 24 jam yang linier harus mencari sekolah lain, maka tentu tidak memungkinkan. Yang jadi korban adalah anak-anak. Apalagi sekolah lain jaraknya cukup jauh dan belum tentu ada jam yang bisa diambil.

Semoga kedepan, ada kebijakan khusus terkait beban mengajar untuk para guru yang bertugas di sekolah satap. Jika tidak ada sekolah satap, anak-anak di daerah terpencil akan kesulitan melanjutkan sekolah. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya pemerintah memberikan perlakuan khusus kepada sekolah satu atap, termasuk nasib guru-gurunya.