Sabtu, 05 Maret 2016

Menuju Guru Garis Depan

Tepat satu tahun, usai sudah cerita panjang kami menjalani pendidikan berasrama di kampus tiga menara ini. Suka dan duka. Dari gelak tawa, canda ria, senyum manis, sampai isak tangis, semua telah kami lalui bersama-sama. Dari yang tak mengenal sama sekali, menjadi sahabat yang dekat sekali. Dari yang tak peduli sama sekali, menjadi tertarik dan saling mengasihi, terangkum dengan sangat indah nan mengharukan. Hari ini semua tersenyum, akhirnya kami yudisium.

Yudisium UNY
Bareng Pak Rektor
Tiada kata yang lebih patut untuk dilayangkan selain rangkaian kata terima kasih. Untuk para dosen, pengelola asrama, teman-teman, serta semua pihak yang telah mengisi hari-hari kami selama setahun ini. Kampus ini sungguh telah memberikan yang terbaik untuk kami, para calon guru muda penerus pahlawan bangsa. Tak akan pernah kami lupakan jerih payah dosen-dosen kami. Sabar menuntun hingga akhir, bahkan hingga tak tampak lagi raut wajah lelah seolah tak ingin ada satupun diantara kami yang tidak tersenyum hari ini.

Untuk teman-teman. Kalian sungguh luar biasa. Semangat kalian, kebersamaan kalian, totalitas kalian, bahkan hingga tingkah-tingkah lucu kalian. Semua menghadirkan sebuah cerita unik nan menginspirasi. Di saat ada yang terpuruk, semua berpegangan tangan. Tak ingin lupa bahwa kita adalah satu. Dulu datang ke asrama bersama, pulang pun juga harus bersama-sama. Tak boleh ada satu pun yang tak lulus.

Rasanya berat harus berpisah dengan kalian, meninggalkan semua kenangan manis yang tertulis indah. Tak ada lagi drama yang menghiasai suasana di ruang makan yang selalu riuh itu, tak ada lagi pemandangan menyejukkan saat serombongan berpeci dan berbaju koko berduyun-duyun melangkah menuju masjid kesayangan, tak ada lagi suara-suara ajakan berolahraga dari berjogging ria hingga menendang bola. Semua skenario yang ada di asrama, tak ada lagi. Semua akan menjadi kisah yang akan kami ceritakan saat kami beranjak tua nanti.

Kini kami harus kembali ke asal masing-masing, di universitas kehidupan. Meniti karir mempertanggungjawabkan gelar baru yang baru saja kami sandang. Entah itu nanti di tanah sendiri atau di negeri seberang. Kami pernah berjuang di tanah orang. Kami tak akan pernah bimbang jika kami harus kembali dipanggil untuk berjuang. Menjadi guru garis depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar