Aku pernah
sekali ke Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Saat itu adalah bulan
Desember tahun 2013. Aku berangkat dari kota Malinau menuju Mansalong (Nunukan)
naik taksi. Tapi jangan dikira taksi di sini seperti BlueBird Taxi di Jawa :D. Taksi di sini adalah mobil-mobil sebangsa
Suzuki Futura yang kalo di Jawa
dipakai untuk mobil angkutan kota (angkot).
Mungkin karena belum ada trayeknya jadi disebut taksi. Aku tidak sendiri, tapi
dengan tiga temanku yaitu Yoga, Heri, dan Anung. Mereka adalah teman
seperjuanganku di Kabupaten Malinau sebagau guru SM-3T.
 |
Naik Perahu Subsidi |
Dari
Mansalong, kami menuju Sebuku (Nunukan) naik mobil carteran yang kebetulan
adalah anak buah Om Yudi. Beliau adalah pejabat Dinas Perhubungan Kabupaten
Malinau yang kebetulan adalah kerabatnya Yoga. Di Nunukan nanti, kami akan
singgah di rumah beliau. Dari Sebuku, kami menuju ke Pulau Nunukan, tempat
rumah Om Yudi berada, naik perahu subsidi. Perjalanan jalur air ini memakan
waktu sekitar 7 jam. Sebenarnya kami bisa sampai dalam waktu 3 jam saja jika
naik speed boat tapi tarifnya 4x lebih mahal, jadi kami pilih yang murah meriah
hehe.
 |
Om Wahyudi Kawariyin |
Kami sampai
di pulau Nunukan sekitar pukul 5 sore. Kota ini jauh lebih besar dan lebih
ramai dari kota Malinau. Kami langsung dijemput oleh Om Yudi dan langsung
menuju rumah beliau yang berjarak sekitar 30 menit dari pelabuhan. Di rumah
beliau, kami diperkenalkan dengan istri dan 3 anak-anak beliau, Faroz, Nabila,
dan Aziz. Kami pun disediakan sebuah ruangan yang menurutku sangat cozy. Keluarga Om Yudi sangat welcome terhadap kami, padahal baru saja
mereka kenal. Saat kami menceritakan kisah kami sebagai guru di pedalaman
Malinau, mereka sangat antusias mendengarkan. Faroz dan Nabila juga nampak
senang dengan kedatangan kami karena mereka bisa mendapat les private gratis di rumah :D.
Setelah puas
jalan-jalan di pulau Nunukan, keluarga Om Yudi mengajak kami jalan-jalan ke
pulau Sebatik, sebuah pulau kecil yang separuhnya adalah milik Malaysia.
Perjalanan dari pulau Nunukan ke pulau Sebatik memakan waktu sekitar 30 menit
naik speed boat. Beruntung, Om Yudi adalah pejabat Dinas Perhubungan Kabupaten
Nunukan, jadi beliau punya banyak kenalan di pulau Sebatik yang bisa memberi
pinjaman mobil dan motor untuk kami. Aku dan 3 temanku ditemani oleh seorang
anak buah Om Yudi mengunjungi beberapa spot tapal batas. Walaupun masih masuk
kawasan NKRI, namun ada beberapa toko di pulau ini yang menggunakan Ringgit
sebagai price tag-nya. Sebelum pulang
ke pulau Nunukan, kami juga sempat mengunjungi pantai Batulamampu.
 |
Tiba di Pulau Sebatik (Heri, Yoga, Nabila, Aku) |
 |
Tugu Perbatasan Indonesia-Malaysia |
 |
Pantai Batulamampu, Sebatik, Nunukan |
Setelah
beberapa hari liburan di Kabupaten Nunukan, kami pamitan dengan keluarga Om
Yudi. Beliau mengantar kami menuju kota Tarakan naik Ferry. Kami berangkat dari
pulau Nunukan saat matahari tenggelam dan sampai di Tarakan saat matahari
terbit. Di kota ini, kami singgah di sebuah rumah milik Om Yudi selama beberapa
hari sebelum kami kembali ke Malinau. Selama singgah di sana, kami mengunjungi
pantai Amal dan kawasan konservasi hutan Mangrove. Akhirnya kami pun mengakhiri
liburan kami selama 2 minggu di pulau Nunukan dan Tarakan dengan kembali ke
tempat tugas kami naik speed boat.
 |
Bersama Om Yudi Menuju Tarakan Naik Ferry |
 |
Kawasan Konservasi Hutan Mangrove, Tarakan |
Terimakasih tlh berbagi informasi ini.
BalasHapusSaya bermaksud melakukan perjalanan dari P. Nunukan ke Malinau menggunakan sepeda. Mohon sarannya.
Tks sblmnya.